I. KONDISI EMOSI ANAK-ANAK SEKARANG
A. Anak-anak Sekarang Sedang Mengalami “Gangguan Emosi”
Sebuah
survey kepada Guru dan Orangtua terhadap anak usia 7 -16 th tentang kesehatan
emosi mereka, didapatkan bahwa anak-anak
sekarang mengalami kemerosotan emosi yg buruk dibanding dengan generasi
sebelumnya. Seperti:
1. Menarik diri dari pergaulan sosial: lebih suka menyendiri,
bersikap sembunyi-sembunyi, banyak
muram, kurang bersemangat, merasa tdk bahagia, sangat bergantung/tidak mandiri
2. Cemas
dan Depresi: sering takut, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, cenderung
gugup, sedih dan stress
3.
Bermasalah dalam perhatian dan berfikir: tidak bisa memusatkan perhatian & duduk tenang, suka melamun, bertindak
tanpa berfikir, serlalu tegang untuk berkonsentrasi, nilai sekolah merosot,
tidak bisa membuat pikiran jadi tenang
4. Nakal/Agresif:
suka bergaul dg anak bermasalah, bohong & menipu, sering bertengkar,
bersikap kasar, menuntut perhatian, cenderung suka merusak/tdk menghargai milik
orang, bandel & keras kepala, suasana hati labil, terlalu banyak bicara,
suka mengolok, bertemperamen panasan
5. Paradoks: pinter tapi malas berfikir kreatif tetapi suka
sortcut/tidak suka proses, serba cepat tetapi
tidak setia, mau dimengerti
tetapi tidak mau mengerti orang lain.
Kesimpulannya: Generasi sekarang lebih banyak
mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya: lebih kesepian dan
pemurung, lebih berangasan dan kurang menghargai sopan santun, tidak sabaran,
lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif. Generasi sekarang telah mengarah mengalami
“Gangguan Emosi!”
B. Pentingnya Menangani Masalah Emosi Anak:
Penanganan
kesehatan emosi anak mutlak perlu karena
akan menentukan Keberhasilan Akademis, kerohanian dan hidup mereka. Kesehatan Emosi sangat mempengaruhi juga kesehatan rohani
seseorang. Mustahil rohaninya bertumbuh dewasa jika emosinya tidak bertumbuh
dewasa.
Faktanya
selama ini kita tidak adil. Kita hanya
sibuk dengan menuntut dan mengejar
keberhasilan akademik anak dan hanya cemas jika anak tidak lulus, sementara
apakah anak bisa hidup sampai minggu
depan tidak terpikirkan oleh kita. Orangtua juga sering kali hanya memperhatikan
dan memperjuangkan (membela mati-matian) bagai mana supaya IQ anak kita tinggi
dan prestasi belajarnya (nilai)
tinggi. Jika anaknya pintar maka pasti
akan hebat dan berhasil dalam bidang apapun. Masa sih??
Jika
orangtua hanya menitikberatkan pada kemampuan akademis dan mengabaikan
pengelolaan kesehatan emosi maka adalah sebuah kekeliruan besar. Jangan hanya mencemaskan ketidak tuntasan
belajar di sekolah, tetapi juga harus mencemaskan jika anak mengalami
“ketidaktuntasan Emosi” Sebab pada
kenyataannya kecerdasan yang tinggi tidak menjamin seseorang untuk memperoleh
gaji dan kesejahteraan hidup yang lebih
tinggi, produktivitas lebih tinggi, status sosial dan Kepuasan hidup yang lebih
tinggi, kebahagiaan dalam hubungan persahabatan, asmara dan keluarga.
Jika
kita hanya memfokuskan pada aspek kognisi /prestasi akademis, itu berarti kita
tidak mempersiapkan diri anak untuk menghadapi hidup! Sebab gejolak yang ditimbulkan oleh
kesulitan-kesulitan hidup tidak bisa dihitung dengan matematika, tidak bisa
dirumuskan dengan rumus kimia dan tidak bisa dibaca dengan bahasa Inggris! “ Seharusnya kita lebih mencemaskan emosi
buruk dari pada nilai buruk anak!”