Artikel Gereja

MENGENAL ANAK (BAG. III)

Hai para Orangtua, Tipe pola Asuh Mana yang Anda Terapkan Kepada Anak Anda?

Ada empat tipe pengasuhan (Baumrind dalam John W. Santrock, Life Span Development, 2009).yaitu:

1. Authoritarian parenting,

2. Authoritative parenting,

3. Neglectful parenting

4. Indulgent parenting.

 

         Dalam pola asuh tersebut ada 2 komponen yang membentuknya: Pertama,  Demandingness (tuntutan).  KeduaResponsiveness (respon/dukungan).  Yang dimaksud dengan demandingnessadalah suatu harapan, tuntutan dan  target yang ditetapkan oleh orang tua untuk dicapai oleh anak.  Sedang responsivenessadalah respons/dukungan  atau  tanggapan yang diberikan olehorangtua kepada anaknya untuk mencapai hal itu.

1. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting)

Orangtua dengan  tipe pengasuhan otoriter adalah  orangtua yang memiliki tuntutan yang tinggi namun respon dan dukungan kepada anaknya rendah.  Anak diminta untuk memenuhi target yang sudah ditetapkannya namun minim sekali dukungan dan perhatian.  Hak dan  inisiatif anak sering diabaikan, kehendak/tuntutan orangtua dipaksakan, jika tidak dilakukan yang diterima anak adalah hukuman!

2. Tipe Mengabaikan (Neglectful Parenting)

Tipe orang tua dengan pengasuhan seperti ini adalah yang lepas tangan; orangtua yang tidak memberi tuntutan/target kepada anak untuk dicapai,  tetapi juga tidak memberi dukungan/support.  Mereka membiarkan,  tidak menetapkan batas pada anak.  Tidak terlibat atas kehidupan anak, rendah dalam kehangatan.  Secara emosionalpun tidak mendukung anak-anaknya.  Kondisi yang terjadi di rumah  biasanya adalah  minim komunikasi dan minim kepedulian kepada anak.

3. Pola Asuh Permisif (Indulgent  Parenting)

Orang tua dengan tipe pengasuhan seperti ini sangat terlibat dengan anak-anak mereka, sangat responsif terhadap kebutuhan dan keinginan anak bahkan memanjakan,  tapi mereka sangat kurang menetapkan  tuntutan/target yang harus dicapai dan kontrol atas anak-anaknya.  Orang tua yang permisif ditunjukkan dengan mengijinkan anak melakukan apa sja yang dia mau dengan hanya sedikit pembatasan.  Membiarkan anak menjadi pusat perhatian.

4. Tipe Atoritatif (Authoritative Parenting)

Orang tua dengan tipe outoritatif adalah mereka yang bersikap hangat dan “ngemong” anak-anaknya. Mau mendorong, menguatkan anak-anaknya menjadi mandiri tetapi tetap dalam batas-batas dan pengawasan.  Mereka membangun komunikasi yang luas dengan anaknya.   Antara tuntutan dan dukungan/respon orang tua kepada anak seimbang.  Di satu sisi mereka meminta anak untuk taat, disiplin dan mewujudkan target,  di sisi lain orang tua menunjukkan sikap hangat, penerimaan, dukungan dan kasih sayang.

Setelah melihat  4 (empat) pola pengasuhan  itu, kita kembali ke pertanyaan  utama di atas,  jadi model pengasuhan seperti apa yang imam Eli terapkan dalam keluarganya?  Setiap pola asuh yang diterapkan akan menentukan outputnya, dan itu terlihat dari karakter dan perilaku anak-anaknya!

            Pola asuh yang otoriter akan  membuat anak-anak  penakut, pendiam, tertutup, pasif dan tidak punya inisiatif,  gemar menentang,  menjadi rendah diri,  harga diri rendah (low self-esteem).  Minder,  menarik diri, cemas, rentan depresi.

Pola asuh permisif akan menciptakan anak yang mudah terpancing emosinya/emosional, suka menentang, tidak patuh, manja, tidak mandiri.  Egois, mau menang sendiri, tidak percaya diri, tidak matang secara sosial, peragu,  cenderung maunya sendiri, sulit mengikuti aturan/ketentuan yang tegas,  memiliki daya juang rendah, kurang disiplin/kurang bisa diatur.

Pola asuh  mengabaikan, akan menciptakan anak yang gampang merajuk, pemarah, emosional, agresif, tidak bertanggung jawab, tidak mau kalag, harga diri rendah, bermasalah dalam hubungan dengan  orang lain. Suka menyalahkan orang lain, suka mengasihani diri, cenderung meminta orang lain untuk bisa memaklumi,  pesimis dan merasa tidak aman (insecure). 

Pola asuh otoritatif akan menciptakan anak-anak yang mandiri, percaya diri tinggi, kreatif, berdaya tahan tinggi, kooperatif, tegas.

Karen itu, supaya peristiwa keluarga imam Eli tidak terjadi pada kita, jangan  otoriter, jangan permisif/ memanjakan ataupun mengabaikan/lepas tangan  kepada anak-anak kita. Selagi masih ada waktu mari kita berdedikasi memberikan pendidikan dan pola asuh yang seimbang antara  tuntutan dan  target (demandingness) yang kita harapkan dicapai oleh anak  dengan  respon/dukungan  atau  tanggapan (responsiveness) yang kita diberikan.

Alkitab menunjukkan kepada kita bagaimana kita mendidik anak kita (isi/materinya) supaya  benar pada jalurnya supaya tidak menyimpang  pada akhirnya.  Seperti yang di sebut pada ayat pendahuluan di atas. Kata “didik”  (Ams 22: 6) ini dalam bahasa  Ibraninya adalah  “ Chanak”  yang memiliki  arti : melatih, mengabdikan dengan sungguh-sunguh.Jadi  artinya,  orangtua harus melatih dan mengabdikan anak-anaknya dengan sungguh-sungguh kepada Allah dengan  memberikan didikan moral dan  spiritual/rohani  yang  sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran  Tuhan. Kita harus mendidik anak dengan memisahkan mereka dari pengaruh-pengaruh jahat dunia ini dan melatih mereka untuk hidup seturut kebenaran Firman Tuhan, sehingga pada masa berikutnya dia tidak akan menyimpang dari jalan yang sudah kita tanamkan. 

Memang untuk mencapai hal di atas tidak mudah, oleh karena itu  Alkitab  juga menunjukkan cara mendidiknya dengan sebuah  ketegasan, yaitu dengan  menggunakan disiplin-disiplin  rohani berupa: tongkat didikan (13: 24; 22: 15), hajaran (19: 18),  rotan/tongkat  (Ibr. Shebet) = batang, tongkat, akar, cabang,  (Ams 23: 13-14; 29: 15),  peringatan/teguran/hukuman/disiplin (Ibr. Yasar).

“ Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan.  Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati. “ (Amsal 23: 13-14)  “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya. Didiklah (Ibr. Yasar) anakmu anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. (Amsal 29: 15,17).

Related Posts